Blimbing Wuluh Dapat Menghidupkan Lampu

Blimbing Wuluh Dapat Menghidupkan Lampu

Dirgo Suyono


Sunarto (kanan) mempraktekkan pembuatan energi listrik dengan belimbing wuluh.
15/03/2010 19:35

Liputan6.com, Magetan: Sebuah inovasi terkadang datang dari hal-hal yang sepele. Ini pula yang mendasari temuan seorang guru sekolah menengah atas di Magetan, Jawa Timur. Dari jus belimbing wuluh, Sunarto dapat menghasilkan energi listrik yang mampu menghidupkan bola lampu selama satu bulan tanpa dimatikan.

Guru jebolan ITS Surabaya ini sejak lama mengamati potensi listrik yang tersimpan dalam blimbing wuluh. Melalui serangkaian percobaan, sampailah pada bentuknya seperti sekarang. Tidak sulit. Cukup siapkan satu gelas tanah, jus blimbing wuluh, serta lempeng tembaga dan seng sebagai elektroda.

Karena sederhana, Sunarto yakin semua orang bisa membuatnya. Tenaga listrik yang dihasilkan bisa dilipatgandakan dengan menambah ukuran. Mimpi Sunarto kini adalah mengembangkan cara penyimpangan yang lebih ringkas sehingga pembangkit tenaga blimbing wuluh ini mudah dibawa ke mana-mana.(JUM)

http://berita.liputan6.com/sosbud/201003/267938/Blimbing.Wuluh.Dapat.Menghidupkan.Lampu

Menyulap Eceng Gondok Jadi Biogas

Menyulap Eceng Gondok Jadi Biogas

Syamsu Nursyam

20/02/2010 13:57

Liputan6.com, Karawang: Sebagian masyarakat menganggap eceng gondok tanaman jenis gulma yang merugikan serta tak berguna. Ternyata, eceng gondok dimanfaatkan warga Desa Kertasari, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, sebagai bahan bakar alternatif baru untuk memasak. Saat ini sekitar enam kepala keluarga di desa tersebut telah memanfaatkan biogas dari tanaman bernama Latin Eichhornia crassipes itu.

Warga mengaku biogas ini lebih hemat ketimbang elpiji karena pembuatannya tak memerlukan biaya. Api yang dihasilkan dari biogas eceng gondok sama besarnya dengan elpiji dan bisa digunakan untuk keperluan memasak.

Proses pembuatan gas ini diawali dengan memotong batang dan daun eceng gondok. Setelah itu, potongan eceng gondok dimasukkan ke tabung reaktor terbuat dari dua drum yang disatukan. Proses ini memakan waktu tujuh hari untuk menghasilkan gas dari hasil pembusukan eceng gondok. Maka, selama tujuh hari, gas dari pembusukan eceng gondok akan mengalir ke tabung reaktor kedua untuk kemudian ditampung dalam tabung khusus.

Agar gas tidak habis, tabung fermentasi yang berdaya tampung 80 kilogram itu diisi secara berkala. Sebanyak 30 kilogram eceng gondok di drum fermentasi, hanya bisa dipakai dalam waktu sehari. Terutama, bila digunakan secara terus-menerus.

Edeng Sumirat, salah satu warga pengguna biogas di Karawang, menuturkan untuk pembuatan semua perangkat, dirinya hanya mengeluarkan biaya Rp 700 ribu. Uang sebesar ini buat membeli tiga buah drum, slang dan regulator. Alat-alat tersebut kemudian dirakit dengan cara di las. Dengan menggunakan bahan bakar alternatif dari eceng gondok ini diharapkan bisa menghemat penggunaan bahan bakar minyak tanah serta elpiji secara berlebihan.(ARL/ANS)

http://tekno.liputan6.com/berita/201002/264656/Menyulap.Eceng.Gondok.Jadi.Biogas

Menyulap Kulit Kacang Jadi Bahan Bakar

Menyulap Kulit Kacang Jadi Bahan Bakar

Mas’ud Fahlafi


Edi Gunarto dan limbah kulit kacang.
21/01/2010 07:59
Liputan6.com, Bantul: Bagi sebagian orang, kulit kacang adalah sampah. Namun, tidak demikian halnya dengan Edi Gunarto. Di rumahnya di Desa Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta, Edi justru gembira jika ada tetangga yang memberinya limbah kulit kacang.

Berawal dari melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM), ia bersama sejumlah warga Bantul memutar otak mencari alternatif pengganti BBM yang kian tak terjangkau oleh mereka. Tanpa sengaja justru kulit kacang yang terlintas di benak Edi. “Karena pada waktu awal pembuatan, kulit kacang tidak begitu banyak peminatnya,” kata Edi, Rabu (20/1).

Setelah bereksperimen berulang kali, akhirnya Edi menemukan cara yang tepat untuk mengolahnya. Awalnya kulit kacang dibakar dengan menggunakan tungku khusus dari drum bekas. Usai dibakar sekitar tiga jam, kulit kacang yang berubah warna jadi hitam pekat digiling sampai halus.

Kulit kacang yang sudah menjadi serbuk kemudian dicampur larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian diaduk hingga rata. Cairan ini lantas diangin-anginkan dalam alat pemutar untuk membuatnya sedikit kering. Berikutnya, campuran tadi dipadatkan dengan alat cetak.

Dijual dengan harga relatif murah, Rp 2.500 per kilogram, yaitu untuk sekitar 45 buah briket. Edi berharap briket buatannya dapat berguna bagi sesama warga di desanya. Selain harga yang murah, nilai kalori briket kacang tanah cukup tinggi. Dan yang terpenting briket kacang tanah ramah lingkungan karena saat dibakar tak mengeluarkan asap sedikitpun.(BOG)