Cuci Darah Bisa Dicegah

October 2, 2007

Cuci Darah Bisa Dicegah

Masalah :

Assalamualaikum

Dokter Zubairi Yth,

Beberapa waktu lalu, saya ke rumah sakit menengok paman yang sedang sakit ginjal dan sempat mengantar ke ruang cuci darah. Beliau menjalani cuci darah tiga kali seminggu. Saya amat kaget melihat ruang cuci darah yang semua tempat tidurnya penuh terisi pasien, tidak ada satupun mesin cuci darah yang nganggur. Padahal, kata perawat di situ, setiap mesin dipakai oleh dua orang, giliran pagi dan sore.

Menurut dokter yang merawat paman, hampir semua rumah sakit di Indonesia yang mempunyai fasilitas cuci darah, selalu penuh pasien yang antre untuk cuci darah. Terus terang saya takut juga, jangan-jangan saya nanti memerlukan cuci darah juga.

Dok, apakah yang menyebabkan seseorang ginjalnya rusak? Apakah dapat dicegah? Apakah saya mempunyai risiko sakit ginjal, untuk dokter ketahui, usia saya 51 tahun, agak gemuk, sakit diabetes yang terkontrol baik, gula darah puasa antara 90-100 mg% dan tekanan darah tinggi ringan sekali, sekarang 130/90 mmHg.

Marno, Yogyakarta

Jawaban :

Waalaikumussalam wr wb

Mas Marno yang baik,

Cuci darah atau hemodialisis (HD) merupakan upaya yang mutlak penting untuk mempertahankan kehidupan bagi pasien dengan gagal ginjal menahun. Ketika fungsi ginjal pasien makin memburuk, sehingga tidak cukup untuk mempertahankan hidup, dan proses penyakitnya dikategorikan tidak bisa pulih (irreversible), maka diperlukan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal.

Artinya, tanpa upaya tersebut, pasien gagal ginjal akan meninggal, akibat keracunan darah (uremia), akibat sesak napas karena penimbunan cairan, atau gangguan asam-basa di dalam darah ataupun karena gangguan elektrolit.

Walaupun cuci darah menyelamatkan nyawa dan memperbaiki kualitas hidup pasien, namun upaya ini tidak bisa memulihkan pasien kembali normal, selain itu juga lumayan mahal.

Sesuai dengan pertanyaan Mas Marno, yang akan dibahas kali ini adalah cuci darah dan bagaimana kiat mencegah agar kalau kita sakit ginjal tidak memburuk yang akhirnya perlu cuci darah.

Sebetulnya, jumlah pasien cuci darah yang begitu banyak, yang Mas Marno lihat dan dengar, ternyata juga dijumpai di semua rumah sakit yang mempunyai fasilitas mesin hemodialisis di seluruh Indonesia. Yang mengkhawatirkan, jumlah pasien cuci darah itu hanya mencerminkan sebagian kecil dari anggota masyarakat Indonesia yang sakit ginjal menahun. Untuk diketahui, gagal ginjal merupakan lanjutan, atau akibat yang nyata dari penyakit ginjal menahun. Jumlah pasien dengan penyakit ginjal menahun banyak sekali, ratusan ribu di seluruh Indonesia.

Masalahnya, pasien penyakit ginjal menahun yang belum masuk tahap gagal ginjal yang biasa disebut sebagai tahap insufisiensi ginjal, seringkali tanpa gejala (asimptomatik). Jadi, tantangan kita – termasuk Mas Marno -, juga tantangan pemerintah adalah melaksanakan program yang efektif untuk mencegah pasien penyakit ginjal menahun agar tidak memburuk, agar tidak progresif menjadi tahap gagal ginjal menahun yang memerlukan cuci darah.

Proses kerusakan ginjal biasanya makan waktu sepuluh tahun atau lebih. Ada beberapa penyakit yang paling sering menyebabkan kerusakan ginjal progresif, yaitu kencing manis (diabetes) dan tekanan darah tinggi. Beberapa penyakit lain yang kemudian bisa berlanjut ke gagal ginjal antara lain adalah penyakit ginjal polikistik, batu ginjal, infeksi ginjal, glomerulonefritis, kelainan ginjal akibat obat analgesik dan lupus ginjal.

Walaupun saat ini penyakit diabetes Mas Marno terkontrol baik, dan tekanan darah tinggi juga ringan, ada baiknya hati-hati. Artinya, jangan lupa minum obat yakni obat kencing manis dan obat tekanan darah tinggi, mengonsumsi sayur dan buah setiap hari serta berolahraga ringan atau berjalan cepat selama setengah jam setiap hari.

Saya amat menganjurkan Mas Marno kontrol teratur ke dokter, memeriksa tekanan darah dan gula darah, creatinin serta urine secara teratur, dua bulan sekali, misalnya. Peningkatan kadar creatinin darah dan adanya protein dalam urine memudahkan komplikasi jantung, karena itu perlu dipantau berkala. Jangan lupa, setiap kali ke dokter, tanyakan perkembangan kesehatan Anda.

Dapat disimpulkan bahwa cuci darah dapat dicegah dengan beberapa upaya, yaitu bila kita diketahui sakit ginjal, ya harus berobat teratur, demikian pula bila sakit diabetes atau tekanan darah tinggi selalu berobat teratur, melaksanakan diet sesuai nasihat dokter, cukup sayur dan buah serta berolahraga ringan atau jalan cepat setengah jam sehari.

Namun untuk yang sudah telanjur gagal ginjal, yang sedang menjalani cuci darah, ya perlu dilanjutkan teratur, karena mutlak diperlukan untuk menggantikan fungsi ginjal dan bermanfaat untuk bisa menjalankan aktivitas sehari-hari.

Bila ingin mengetahui lebih dalam lagi, silakan menghubungi divisi ginjal hipertensi departemen penyakit dalam di rumah sakit umum di kota Anda. Untuk Mas Marno ya di RSU Dr Sardjito Yogyakarta.

Dr Zubairi Djoerban

Sumber : Republika Online

February 19, 2008

Bisakah Cuci Darah Dihindari? (Bagian ke-2)

Masalah :

Berikut ini merupakan penjelasan bagian ke-2 atas pertanyaan Ny. S. Winata, Bogor, tentang cuci darah yang dimuat dalam rubrik ini tanggal 4 Juli lalu.

Jawaban :

HEMODIALISIS (HD) atau cuci darah melalui mesin sudah dilakukan sejak tahun 1960-an. Biasanya, HD dijalankan secara tim dengan dikoordinasi oleh dokter konsultan nefrologi /ginjal. Di dalamnya juga termasuk perawat, teknisi, ahli gizi, pekerja sosial, psikolog, rohaniwan dan yang terpenting pasien sendiri dan keluarganya.

Dengan memahami prosedur HD maka diharapkan dapat dicapai hasil terbaik dan pasien dapat menjalani kehidupan yang aktif dengan kualitas hidup yang baik.

Bila seseorang sudah dalam kondisi Gagal Ginjal Tahap Akhir, fungsi ginjal hanya sekitar lima persen atau kurang, maka berbagai bahan “sampah” (waste product) tidak dapat dibersihkan dengan baik.
Sampah diproduksi tubuh secara kontinu setiap saat, sehingga terjadi penumpukan sampah dan bahan-bahan lain sehingga bersifat racun dan berbahaya bagi pasien. Karenanya prosedur HD perlu dijalankan secara teratur 2-3 kali seminggu selama 4-5 jam (total 10-15 jam per minggu) sehingga terjadi pembersihan sampah-sampah secara kontinu dan terjadi keseimbangan bahan-bahan penting seperti elektrolit Kalium, Natrium serta cairan.

Secara ideal, pasien mulai menjalani HD jika fungsi ginjal, diukur dengan Tes Kliren Kreatinin = TKK, berada di bawah 15 ml/menit. Dengan pedoman TKK <10 ml/menit dengan gejala-gejala Gagal Ginjal (Uremia) atau malnutrisi. Atau TKK <5ml/ menit walaupun tanpa gejala. Selain itu, HD dilakukan juga bila terjadi komplikasi akut edema paru, hiperkalemia, dan sebagainya. Pada penderita diabetes, HD sebaiknya dilakukan lebih dini.

Proses Hemodialisis
Dalam proses HD diperlukan Akses vaskuler -pembuluh darah- hemodialisis (AVH) yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu diperlukan kecepatan darah sebesar 200-300 ml/menit secara kontinu selama HD 4-5 jam.
AVH dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer. Untuk yang permanen dibuat hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah disebut Arteriovenous Fistula, lebih populer disebut (Brescia-) Cimino Fistula.
Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin HD yang terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan selang Outlet/venous (dari mesin ke tubuh).

Kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien. Darah setelah melalui selang Inlet masuk ke dialiser. Jumlah darah yang menempati sirkulasi darah di mesin berkisar 200 ml. Dalam dialiser ini darah dibersihkan, sampah-sampah secara kontinu menembus membran dan menyeberang ke kompartemen dialisat.

Di pihak lain cairan dialisat mengalir dalam mesin HD dengan kecepatan 500 ml/menit masuk ke dalam dialiser pada kompartemen dialisat. Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolit dan glukosa, cairan ini dipompa masuk ke mesin sambil dicampur dengan air bersih yang sudah menjalani proses pembersihan yang rumit (water treatment).
Selama proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring.

Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang diperlukan antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon eritropoetin serta pemberian zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat yang dapat mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat pengikat fosfat (Phosphate binder).

Obat-obat lain yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin penunjang (yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu). Mengenai diet, pasien sudah lebih bebas dietnya daripada dalam keadaan gagal ginjal yang belum menjalani HD. Namun perlu diperhatikan diet harus benar, air tidak berlebih, mineral kalium harus dibatasi hanya pada buah dan sayur, dan fosfor dalam makanan harus rendah.

Makanan yang mengandung banyak fosfor antara lain susu, keju, kacang-kacangan, dan minuman ringan. Sementara protein yang dimakan sebaiknya memiliki mutu tinggi karena akan memproduksi lebih sedikit sampah, antara lain daging, ikan, dan telor. Kalori perlu cukup, selain dari karbohidrat dan protein juga dari minyak tumbuh- tumbuhan.

Dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro
Konsultan Ginjal-Hipertensi
RS Mediros

Sumber : Sinar Harapan