Menyulap Eceng Gondok Jadi Biogas

Menyulap Eceng Gondok Jadi Biogas

Syamsu Nursyam

20/02/2010 13:57

Liputan6.com, Karawang: Sebagian masyarakat menganggap eceng gondok tanaman jenis gulma yang merugikan serta tak berguna. Ternyata, eceng gondok dimanfaatkan warga Desa Kertasari, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, sebagai bahan bakar alternatif baru untuk memasak. Saat ini sekitar enam kepala keluarga di desa tersebut telah memanfaatkan biogas dari tanaman bernama Latin Eichhornia crassipes itu.

Warga mengaku biogas ini lebih hemat ketimbang elpiji karena pembuatannya tak memerlukan biaya. Api yang dihasilkan dari biogas eceng gondok sama besarnya dengan elpiji dan bisa digunakan untuk keperluan memasak.

Proses pembuatan gas ini diawali dengan memotong batang dan daun eceng gondok. Setelah itu, potongan eceng gondok dimasukkan ke tabung reaktor terbuat dari dua drum yang disatukan. Proses ini memakan waktu tujuh hari untuk menghasilkan gas dari hasil pembusukan eceng gondok. Maka, selama tujuh hari, gas dari pembusukan eceng gondok akan mengalir ke tabung reaktor kedua untuk kemudian ditampung dalam tabung khusus.

Agar gas tidak habis, tabung fermentasi yang berdaya tampung 80 kilogram itu diisi secara berkala. Sebanyak 30 kilogram eceng gondok di drum fermentasi, hanya bisa dipakai dalam waktu sehari. Terutama, bila digunakan secara terus-menerus.

Edeng Sumirat, salah satu warga pengguna biogas di Karawang, menuturkan untuk pembuatan semua perangkat, dirinya hanya mengeluarkan biaya Rp 700 ribu. Uang sebesar ini buat membeli tiga buah drum, slang dan regulator. Alat-alat tersebut kemudian dirakit dengan cara di las. Dengan menggunakan bahan bakar alternatif dari eceng gondok ini diharapkan bisa menghemat penggunaan bahan bakar minyak tanah serta elpiji secara berlebihan.(ARL/ANS)

http://tekno.liputan6.com/berita/201002/264656/Menyulap.Eceng.Gondok.Jadi.Biogas

Menyulap Kulit Kacang Jadi Bahan Bakar

Menyulap Kulit Kacang Jadi Bahan Bakar

Mas’ud Fahlafi


Edi Gunarto dan limbah kulit kacang.
21/01/2010 07:59
Liputan6.com, Bantul: Bagi sebagian orang, kulit kacang adalah sampah. Namun, tidak demikian halnya dengan Edi Gunarto. Di rumahnya di Desa Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta, Edi justru gembira jika ada tetangga yang memberinya limbah kulit kacang.

Berawal dari melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM), ia bersama sejumlah warga Bantul memutar otak mencari alternatif pengganti BBM yang kian tak terjangkau oleh mereka. Tanpa sengaja justru kulit kacang yang terlintas di benak Edi. “Karena pada waktu awal pembuatan, kulit kacang tidak begitu banyak peminatnya,” kata Edi, Rabu (20/1).

Setelah bereksperimen berulang kali, akhirnya Edi menemukan cara yang tepat untuk mengolahnya. Awalnya kulit kacang dibakar dengan menggunakan tungku khusus dari drum bekas. Usai dibakar sekitar tiga jam, kulit kacang yang berubah warna jadi hitam pekat digiling sampai halus.

Kulit kacang yang sudah menjadi serbuk kemudian dicampur larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian diaduk hingga rata. Cairan ini lantas diangin-anginkan dalam alat pemutar untuk membuatnya sedikit kering. Berikutnya, campuran tadi dipadatkan dengan alat cetak.

Dijual dengan harga relatif murah, Rp 2.500 per kilogram, yaitu untuk sekitar 45 buah briket. Edi berharap briket buatannya dapat berguna bagi sesama warga di desanya. Selain harga yang murah, nilai kalori briket kacang tanah cukup tinggi. Dan yang terpenting briket kacang tanah ramah lingkungan karena saat dibakar tak mengeluarkan asap sedikitpun.(BOG)

Motor Berbahan Bakar Udara

Selasa, 12/01/2010 07:37 WIB

Motor Berbahan Bakar Udara

Syubhan Akib – detikOto
Gambar

Jakarta – Sebuah kendaraan yang stylish namun bebas polusi merupakan impian semua orang. Kendaraan seperti inilah yang bakal menjadi kendaraan idaman di masa depan.

Untuk mewujudkan hal itu, seorang perancang bernama Edwin Conan pun berimpian mewujudkannya dengan merancang sebuah motor yang tidak lagi mengandalkan bahan bakar fosil seperti bensin namun juga lebih maju dari sekedar motor bermesin hybrid atau listrik.

Edwin pun berhasil merancang sebuah motor yang mampu mengandalkan udara sebagai bahan bakar bakar utamanya. Motor yang dinamakan Green Speed tersebut dia rancang selama beberapa tahun bersama dengan sebuah perusahaan bernama Zero Pollution Motors.

Hasilnya cukup menabjubkan. Green Speed rancangan Edwin yang menggunakan Suzuki GP100 tahun 70an sebagai basisnya ini sanggup mendobrak kesadaran setiap orang dan meyakinkan bahwa sesungguhnya tenaga pengerak kendaraan sudah ada di sekitar kita.

“Gagasan tampaknya fantastis, karena kendaraan bertenaga udara tidak merugikan lingkungan dengan emisi gas rumah kaca, dan lagi udara itu murah dan mudah tersedia,” tulis Edwin dalam situs pribadinya.

Nah, karena motor ini hanya mengandalkan udara sebagai bahan penggerak utamanya, tidak heran bila perangkat standar motor seperti tangki bensin, mesin konvensional, gear box, dll, tidak akan anda temukan, yang ada hanyalah rangka motor, roda dan rem saja.

Dan untuk mengganti mesin berbahan bakar bensin, maka Edwin menyematkan sebuah mesin bernama revolusif yang mampu mengolah udara sekitar menjadi tenaga pendorong motor.

Mesin ini adalah hasil penemuan dari seorang insinyur asal Melbourne, Australia bernama Angelo Di Pietro. Pada mesin kompak yang ringan dan kuat ini, udara dikompresi pada dua buah tangki udara  yang mampu mengolah udara tersebut hingga menghasilkan putaran sampai 3.000 rpm.

Karena itulah, motor ini tidaklah membutuhkan fitur-fitur konvensional. Hanya satu buah gigi dan gear yang menyalurkan putaran mesin ke rantai dan roda belakang untuk kemudian memutar roda belakang kendaraan.

Edwin merencanakan untuk memproduksi massal motor ini dan bila telah diproduksi secara massal, Green Speed rencananya akan memiliki panel surya yang berguna untuk menghasilkan energi tambahan yang cukup untuk menekan udara dan menyimpannya dalam tangki motor, serta meningkatkan jangkauan motor menjadi tanpa batas.

Ketika pertama kali dirancang, Green Speed dirancang untuk menembus rekor kecepatan motor dan tidak memiliki perangkat seperti lampu, lampu rem atau lampu indikator lain.

Sebaliknya, ada tiga kamera kecil yang dipasang di depan dan ekor motor yang digunakan untuk merekam dan memantau laju kendaraan adn keadaan sekitar. Bentuk tubuh Green Speed pun juga dibuat se-aerodinamis mungkin dengan bahan ringan seperti serat karbon agar aerodinamika motor dapat lebih sempurna.

( syu / ddn )

http://oto.detik.com/read/2010/01/12/073709/1276290/648/motor-berbahan-bakar-udara